Mbah Dalhar dilahir kan pada 10 Syawal 1286 H atau 10 Syawal 1798 - Je (12 Januari 1870 M) di Watucongol, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Lahir dalam lingkungan keluarga santri yang taat. Sang ayah yang bernama Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo adalah cucu dari Kyai Abdurrauf. Kekeknya mbah Dalhar dikenal sebagai salah seorang
Dengan kata lain, Kiai Dalhar dan Kiai Nur Muhammad satu kabupaten, tapi beda kecamatan. Setelah berbicara panjang lebar, Kiai Nur Muhammad berpesan kepada Mbah Dalhar "Besok, kalau pulang, bila ada waktu silahkan mampir, pinarak ke rumah saya ya!" Waktu bergulir hingga cukup lama, Mbah Dalhar tidak segera berkunjung.
Kiai Dalhar mewarisi semangat dakwah dan perjuangan dari ayah dan kakeknya. Sejak kecil, beliau haus akan ilmu agama, dengan mengaji dan belajar di pesantren. Pada umur 13 tahun, Nahrowi (Dalhar kecil) mulai belajar mondok. Ia mengaji kepada Mbah Kiai Mad Ushul di kawasan Mbawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang. Daftar Isi Biografi KH. Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) 1 Riwayat Hidup dan Keluarga 1.1 Lahir 1.2 Riwayat Keluarga 1.3 Wafat. 2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau 2.1 Mengembara Menuntut Ilmu 2.2 Guru-Guru Beliau. 3 Penerus Beliau 3.1 Putera dan puteri Beliau 3.2 Murid-murid Beliau. 4 Jasa Beliau 4.1. Mendirikan Sema'an Al-Qur'an Dzikrul Ghofilin dan Jantiko Mantab Mbah Dalhar dilahir kan pada 10 Syawal 1286 H atau 10 Syawal 1798 - Je (12 Januari 1870 M) di Watucongol, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Lahir dalam lingkungan keluarga santri yang taat. Lahir dalam lingkungan keluarga santri yang taat.
Mbah Dalhar juga dikenal sebagai mursyid Tarekat Syadziliyah yang termasyhur. Selepas dari Watucongol, Muhaiminan muda melanjutkan pengembaraannya dalam menuntut ilmu kepada K.H. Maksum (Lasem, Rembang), Kiai Muhajir di Bendo (Pare, Kediri), lalu ke Pesantren Tebuireng, Jombang. Selain mengaji ilmu agama, di setiap pesantren yang disinggahinya
Saat masih muda Gus Miek pernah mondok dan berguru ke sejumlah kiai, diantaranya KH Machrus Ali Lirboyo, KH. Dalhar Watucongol, Mbah Jogoreso Gunungpring, KH Arwani Kudus, KH Ashari Lempuyangan, KH Hamid Kajoran, dan Mbah Benu Yogyakarta. Bahkan saat masih berusia 9 tahun, Gus Miek sudah sering tabarrukan ke berbagai kiai sufi. Beberapa kiai
Sesuai dengan amanat dari (alm) KH Chudlori yang ijin ke Mbah Dalhar Watucongol untuk menghafalkan Al-Quran, ketika itu Mbah Dalhar meminta ke KH Chudlori untuk lebih fokus ke Kutub Turots. Sehingga ini menjadi salah satu alasan kenapa di Pondok Tegalrejo belum ada program tahfidz. Oleh: Gus Zaki Abigeva. Tepat sehari sebelum peringatan 40 hari kewafatan Simbah Nyai Chudhori kami sowan sekaligus takziyah. Meski terhitung sangat telat, namun karena kedatangan kami bersamaan dengan tugas negara (mengawal ibu) maka semuanya seperti dapat dimaklumi mengingat kondisi ibu yang juga mulai udzur. Disamping itu, beliau juga berguru kepada banyak Kyai di Jawa, termasuk mbah Fadlol Senori Tuban, Mbah Dalhar Watucongol Magelang. Beliau tidak hanya berguru diJawa, tapi beliau juga belajar tafsir, hadits, tasawuf dan lain sebagainya dengan ulama ulama terkemuka di Mekkah terutama dengan maha guru, Imam Ahlus sunnah wal jamaah, Abuya Sayyid
Sebelum wafat, ia menjadi pengasuh keempat Pondok Pesantren Darussalam Watucongol, Gunungpring, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Bulan kelahiran Mbah Mad belum diketahui secara pasti. Hanya, yang pasti ia lahir pada hari Ahad Kliwon, sekitar tahun 1928. Ayahnya adalah Kiai Dalhar (Mbah Dalhar) yang merupakan kiai kharismatik sekaligus waliyullah.
s11fsZp.
  • 863tjs64aj.pages.dev/72
  • 863tjs64aj.pages.dev/475
  • 863tjs64aj.pages.dev/192
  • 863tjs64aj.pages.dev/919
  • 863tjs64aj.pages.dev/635
  • 863tjs64aj.pages.dev/980
  • 863tjs64aj.pages.dev/893
  • 863tjs64aj.pages.dev/103
  • putra putri mbah dalhar watucongol