Meningkatkanperan masyarakat sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, serta peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. 4. Meningkatkan keberdayaan dan kualitas masyarakat pedesaan, sebagai salah satu modal sosial berupa jaringan kerjasama untuk memperkuat posisi tawar.
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PENUNJANG DAYA TARIK WISATA Muhammad Rakib 1Universitas Negeri Makassar, Jln A. P. Pettarani Kampus Gunungsari Baru, Makassar Email rakib_feunm ABSTRACT The aims of this research are to analyse local-based creative economy to support tourism attraction and to propose strategies and programs for localbased creative economy in traditional housing zone of Balla Peu in Mamasa regency. The subjects of this research are government, community, owner of the creative industry and tourists who visit Mamasa regency. Data were collected through interviews, observation and documentation which were then analysed through quantitative and qualitative analysis as well as SWOT analysis. The research shows that Balla Peu is potential to be developed as tourism attraction. However, accessibility does not support the existence of Balla Peu as tourism attraction. Strategies and programs that may be useful for Balla Peu including managing the housing area zone; enhancing the quality of the environment; implementing programs for quality of socio-cultural life of community; developing the quality of products of creative industry; Encouraging the role of Local Board of Culture and Tourism and tours and travel in promotion program; encouraging institution for promotion and tourism information; implementing programs for human resource development. Keywords Creative economy, local wisdom, tourism attraction Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 55 PENDAHULUAN Kontribusi ekonomi kreatif dalam perekonomian dan kultur Indonesia dengan keragaman sosio-budaya menjadi sumber inspirasi dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. Keragaman sosio-budaya Indonesia memberikan indikasi bahwa kreativitas masyarakat Indonesia sangat tinggi. Begitu pula halnya dengan keragaan produk dari berbagai etnis, yang menjadi factor pendukung pengembangan ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif tidak terlepas dari budaya masyarakat setempat. Pengembangan ekonomi kreatif harus berbasis budaya masyarakat setempat. Budaya masyarakat setempat merupakan kearifan lokal yang harus dilestarikan dan dikembangankan dalam bentuk terintegrasi dalam setiap kegiatan pembangunan. Kearifan local dalam budaya biasa dalam bentuk fisik dan non fisik. Kearifan local dalam bentuk fisik dan non fisik dapat berupa produk-produk yang memiliki nilai-nilai yang bermakna seperti kerajian, seni, kuliner, dan lain-lain. Ekonomi kreatif bukan hanya diukur dari segi ekonomi tetapi juga dapat diukur dari segi dimensi budaya. Dewasa ini, ide-ide kreatif yang muncul pada dasarnya bersumber dari kearifan local daerah. Hal ini memberikan makna bahwa kearifan lokal sangat menentukan arah perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Ekonomi kreatif yang dikembangkan dengan memperhatikan kearifan lokal merupakan solusi alternatif yang dapat mendorong perkembangan ekonomi kreatif untuk menjadi lebih mandiri terutama di daerah. Dimana, daerah memiliki produk-produk yang mencerminkan budayanya masing-masing. Hal ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi produk berbasis kearifan lokal yang dengan sentuhan teknologi sehingga memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri. Seperti halnya kearifan lokal di Kabupaten Mamasa dapat menjadi daya tarik wisata alternative. Berdasarkan RIPDA Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Mamasa merupakan Daerah Tujuan Wisata DTW dengan potensinya sebagai salah satu pusat etnis Toraja yang tertua yang masih menyimpan keaslian budaya Toraja dan keberadaan lokasinya terletak di Desa Balla Tumuka Kecamatan Balla. Pola tata ruang dan gaya arsitekturnya yang tradisional merupakan salah satu bentuk heritage/budaya yang kaya akan nilai sejarah, filosofi, seni, dan budaya masyarakat setempat. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 56 Oleh karena itu, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku secara turun-temurun di wilayah atau lembang Mamasa Kondosapata Uai Sapalelean dan sekitarnya harus menjadi acuan dalam pengembangannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Balla Tumuka, jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan permukiman tradisional Balla Peu selama 5 lima tahun sejak tahun 2007 sampai 2011 selalu mengalami peningkatan. Wisatawan domestik, Asia, Eropa, Amerika dan Australia pada tahun 2011 jumlahnya berkisar 169 orang mengalami perkembangan yang cukup signifikan pada tahun 2015 yakni 213 orang. Kunjungan wisatawan yang paling banyak adalah wisatawan dari Eropa, kemudian wisatawan domestik biasanya kunjungan dari kalangan pegawai pemerintah provinsi atau pusat, siswa sekolah dan peneliti. Dengan demikian, dalam tulisan ini akan dianalisis aspek-aspek yang berpengaruh khususnya aspek potensi perwujudan kawasan wisata, aspek aksesibilitas, dan aspek amenitas dalam hal keberadaannya sebagai penunjang pariwisata pedesaan. Selanjutnya, akan dikemukakan pula strategi dan program pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang daya Tarik wisata. Adapun tujuan penelitian ini yaitu; 1 untuk menganalisis aspek Ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang Daya Tarik Wisata dan 2 untuk merumuskan strategi dan program pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal di Kabupaten Mamasa. TINJAUAN PUSTAKA Ekonomi Kreatif Definisi ekonomi kreatif hingga saat ini masih belum dapat dirumuskan secara jelas. Kreatifitas yang menjadi unsur vital dalam ekonomi kreatif sendiri masih sulit untuk dibedakan apakah sebagai proses atau karakter bawaan manusia. Depdag RI 2008 merumuskan ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP/UNCTAD 2008 yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya. Namun demikian, ekonomi kreatif dapat dilihat dari beberapa jenis yaitu; periklanan advertising, Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 57 arsitektur, pasar barang seni, kerajinan craft, desain, fesyen fashion, video, film dan fotografi, permainan interaktif game musik, seni pertunjukan showbiz, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak software, televisi & radio broadcasting, riset dan pengembangan R & D, dan kuliner. Beberapa prinsip yang mendasari desa kawasan wisata yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan ekonomi kreatif yang merupakan hasil penelitian atau studi dari UNDP dan WTO 1981, antara lain 1 Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan kawasan, 2 Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk, salah satu bisa bekerjasama atau individu yang memiliki, dan 3 Pengembangan kawasan wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya tradisional yang lekat pada suatu kawasan atau atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan kawasan sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut. Kearifan Lokal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Karakteristik kearifan lokal dapat berupa bentuk warisan peradaban yang dilakukan secara turun temurun, dianggap mampu mengendalikan berbagai pengaruh dari luar, menyangkut nilai dan moral pada masyarakat setempat, tidak tertulisakan namun tetap diakui sebagai kekayaan dalam berbagai segi pandangan hukum, dan bentuk sifat yang melekat pada seseorang atau kelompok berdasarkan pada asalnya. Salah satu kearifan local di Kabupaten Mamasa yaitu Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu. Pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan local merupakan konsep mengembangkan potensi alam, budaya, dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Masyarakat berpartisipasi langsung di dalamnya sehingga sedikit demi sedikit akan tercipta suatu kreativitas masyarakat dalam mengembangkan daya Tarik wisata sebagai salah satu sumber pendapatan dalam meningkatkan kesejahteraannya. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 58 Daya Tarik Wisata Dalam hal pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal, masyarakat lokal sebagai pelaku yang menjadi aktor yang akan membangun, memiliki dan mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga dengan demikian masyarakat diharapkan dapat menerima langsung keuntungan ekonomi. Sejalan dengan itu, dengan adanya kesadaran akan pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan yang merupakan alternative tourism Smith & Eadington, 1992, Weiler, B, and Hall, 1992. Model pariwisata ini mempertimbangkan pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan untuk generasi mendatang. Termasuk pariwisata alternatif diantaranya green tourism; soft tourism; low impact tourism; eco-tourism; responsible tourism; appropriate tourism; sustainable tourism; dan lain-lain Hunter & Green, 1995. .Pembangunan di sector kepariwisataan sangat ditentukan oleh daya tarik wisata. Roger dan Slinn 1998 menyatakan bahwa daya tarik adalah segala sesuatu yang terdapat pada destinasi wisata yang menjadi daya tarik sehingga orang berkunjung ke tempat tersebut. Sejalan dengan pendapat Crouch dan Ritchie 1999 bahwa daya tarik merupakan elemen utama yang menarik dari destinasi dan merupakan motivator kunci untuk mengunjungi destinasi. Sedangkan Suwantoro 2000 menjelaskan bahwa daya tarik wisata yang melekat pada keindahan dan keunikan alam dari pencipta yang mana terdiri atas keindahan alam natural amenities, iklim, pemandangan, fauna dan flora yang aneh uncommon vegetation & animals, hutan the sylvan elements, dan sumber kesehatan health centre seperti sumber air panas belerang, dan mandi lumpur. Selain itu, ada juga daya Tarik wisata yang sengaja diciptakan atau dibuat oleh manusia, misalnya monumen, candi, art gallery, kesenian, festival, pesta ritual, upacara perkawinan tradisional, dan lain-lain. Dengan demikian, dalam upaya mewujudkan suatu daya tarik wisata menjadi destinasi wisata yang menarik perlu didukung oleh beberapa aspek yaitu aspek fisik, sosial, biotis, tipologis, tata ruang, tata bangunan, budaya, kerajinan, cerita rakyat dan upacara adat Nuryanti, W., 1993. Aspek-aspek tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu aspek potensi perwujudan kawasan permukiman, aspek aksesibilitas, dan aspek sarana dan prasarana. Ketiga aspek tersebut, perlu dilakukan penilaian sebagai aspek yang sangat mendukung pengembangan daya tarik wisata khususnya ddilihat dari sektor ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 59 Pengembangan ekonomi kreatif sangat ditentukan oleh ketiga aspek tersebut. Aspek perwujudan kawasan permukiman berupa potensi yang dimiliki permukiman itu sebagai pendukung terwujudnya daya tarik wisata yang menjadi Daerah Tujuan Wisata yang menarik. Aspek aksesibilitas dapat berupa akses informasi dan akses transportasi serta akses tempat akhir perjalanan terminal atau tempat parker. Sebagaimana dikemukakan oleh Suwantoro 2000 bahwa aksesibilitas merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata, karena menyangkut pengembangan lintas sektoral, tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin sesuatu daya tarik wisata mendapat desetinasi wisatawan. Soekadijo 2003 mengungkapkan persyaratan aksesibilitas terdiri atas akses informasi dimana fasilitas harus mudah ditemukan dan mudah dicapai, harus memiliki akses kondisi jalan yang dapat dilalui dan sampai ke tempat obyek wisata serta harus ada akhir tempat suatu perjalanan. Begitu pula halnya aspek sarana dan prasarana. Sebagaiman Spillane 2000 23 menjelaskan bahwa fasilitas fisik physical facility adalah sarana yang disediakan oleh pengelola daya tarik wisata untuk memberikan pelayanan atau kesempatan kepada wisatawan menikmatinya. Dengan tersedianya sarana maka akan mendorong calon wisatawan untuk berkunjung dan menikmati daya tsrik wisata dengan waktu yang relatif lama. Dengan demikian, dapat membelanjakan uangnya lebih banyak. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian ini yaitu Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu di Kabupaten Mamasa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subyek penelitian ini yaitu pemerintah, masyarakat, pemilik usaha industri kreatif, dan wisatawan. Teknik pengumpulan data digunakan yaitu wawancara, observasi, dan Dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif dan analisis SWOT. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis penilaian aspek potensi pengembangan ekonomi kreatit berbasis kearifan local dalam menunjang daya tarik wisata, menunjukkan bahwa aspek perwujudan kawasan permukiman tradisional dengan nilai rerata yaitu 4,5 sangat mendukung dan aspek aksesibilitas dengan nilai rerata yaitu 2,0 Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 60 kurang mendukung serta aspek sarana dan prasarana dengan nilai rerata yaitu 2,5 cukup mendukung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini. Tabel 1. Hasil Penilaian Aspek-aspek Penunjang Pengembangan Ekonomi Kreatif Potensi Perwujudan Kawasan Wisata Sumber Data telah diolah, 2017 Tabel 1 juga menunjukkan bahwa jumlah nilai rerata yang diperoleh yaitu 3,0 Ini berarti aspek-aspek yang menunjang pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang daya tarik wisata di Kabupaten Mamasa cukup mendukung dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal tersebut. Lingkungan Eksternal Berdasarkan analisis SWOT khususnya Opportunity Peluang yang dapat menjadi potensi dan dapat pula menjadi ancaman dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang Daya Tarik Wisata, yaitu; 1 Adanya ketetapan Kabupaten Mamasa sebagai Daerah Tujuan Wisata DTW dalam Rencana Induk Pembangunan Daerah RIPDA Provinsi Sulawesi Barat, 2 Adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestic dan mancanegara dari tahun ke tahun, 3 Memiliki daya saing yang tinggi dengan daerah lain yang memiliki aktraksi wisata yang sejenis, dan 4 Adanya teknologi yang memudahkan para calon wisatawan dalam memperoleh informasi tentang Daerah Tujuan Wisata DTW. Treats Ancaman yang dimiliki Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu, yaitu 1 Kondisi daerah yang dinilai rawan terhadap bencana alam kelerengan, 2 Adanya persamaan karakteristik budaya dengan daerah lain khususnya Tana Toraja dan Toraja Utara sebagai tempat wisata yang berakibat pada tingkat daya Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 61 saing wisata, 3 Sarana dan prasarana transportasi masih kurang memadai sehingga akses yang masih sulit dijangkau, dan 4 Belum adanya sistem informasi di Kabupaten Mamasa yang berorientasi pada profil kawasan yang bersifat promosi wisata terhadap keberadaan permukiman tradisional Balla Peu di Kabupaten Mamasa. Lingkungan Internal Selain lingkungan eksternal, lingkungan internal juga merupakan bagian pokok dalam analisis SWOT yang menguraikan berbagai dampak yang akan timbul dari dalam yaitu kekuatan dan kelemahan kawasan permukiman tradisional Balla Peu. Hal tersebut, sangat mempengaruhi pengembangan ekonomi kreatif sebagai penunjang Daya Tarik Wisata tersebut. Terdapat poin pokok mengenai kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses yang dimiliki Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu, sebagaimana diuraikan berikut ini. Strengths Kekuatan. Kekuatan yang dimiliki Kawasan Permukinan Tradisional Balla Peu meliputi; 1 Memiliki keindahan dan panorama alam yang alami dan eksotis, 2 Memiliki upacara adat bernuansa ritual, 3 Keunikan budaya masyarakat setempat, 4 Keberadaan aktrasi wisata yang masih alami dengan ciri khas daerah, 5 Memiliki rumah tradisional dengan arsitektur yang unik dan berkarakter, 6 Memiliki produk industri kreatif yang unik khususnya industri kerajinan rakyat, 7 Jarak wilayah dekat dari ibukota kabupaten, dan 8 Adanya Kebijakan pemerintah dan dukungan masyarakat setempat sangat besar dalam pengembangan wisata. Weaknesses Kelemahan. Adapun kelemahan kawasan permukiman tradisional Balla Peu yaitu; 1 Keterbatasan infrastruktur transportasi, 2 Akses menuju lokasi masih sulit dijangkau, 3 Fasilitas wisata yang masih terbatas bahkan belum ada, 4 Sarana dan prasarana permukiman yang masih terbatas, 5 Keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah dalam mengembangkan aktraksi wisata, 6 Keterbatasan sumberdaya manusia, 7 Belum adanya pengelolaan daya tarik wisata, 8 Belum maksimalnya upaya promosi, 9 Belum tersedianya Tourist Information Center TIC, dan 10 Keterbatasan fasilitas telekomunikasi dalam kawasan lokasi studi. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 62 Tabel 2. Analisis SWOT Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal dalam Menunjang Daya Tarik Wisata di Kabupaten Mamasa Memiliki keindahan dan panorama alam yang alami dan eksotis Memiliki upacara adat bernuansa ritual Keunikan budaya masyarakat setempat. Keberadaan aktrasi wisata yang masih alami dengan ciri khas daerah Memiliki rumah tradisional dengan arsitektur yang unik dan berkarakter. Memiliki produk industri kreatif yang unik khususnya industri kerajinan rakyat. Jarak wilayah dekat dari ibukota kabupaten. Adanya kebijakan pemerintah dan dukungan masyarakat setempat sangat besar dalam pengembangan wisata. Kelemahan Weaknesses Infrastuktur transportasi sangat terbatas Akses menuju lokasi masih sulit dijangkau Fasilitas wisata yang masih terbatas bahkan belum ada Infrastruktur permukiman yang masih terbatas Keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah dalam mengembangkan aktraksi wisata Kebijakan pemerintah daerah yang kurang memanfaatkan potensi wisata yang ada. Pengelolaan daya tarik wisata dari pemerintah dan swasta belum ada. Promosi wisata belum dilaksanakan secara maksimal Tourist Information Center TIC tidak tersedia Fasilitas telekomunikasi dalam kawasan permukiman tradisional masih terbatas Peluang Opportunity Adanya ketetapan Kabupaten Mamasa sebagai Daerah Tujuan Wisata DTW dalam Rencana Induk Pembangunan Daerah RIPDA Provinsi Sulawesi Barat. Adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestic dan mancanegara dari tahun ke tahun. Memiliki daya saing yang tinggi dengan daerah lain yang memiliki aktraksi wisata yang sejenis. Adanya teknologi yang memudahkan para calon wisatawan dalam memperoleh informasi tentang Daerah Tujuan Wisata DTW. Pertahankan dan Kembangkan Strategi WO Tingkatkan dan Kembangkan Kondisi daerah yang dinilai rawan terhadap bencana alam kelerengan Adanya persamaan karakteristik budaya dengan daerah lain khususnya Tana Toraja dan Toraja Utara sebagai tempat wisata yang berakibat pada tingkat daya saing wisata.\ Infrastruktur transportasi masih kurang memadai sehingga akses yang masih sulit dijangkau, dan Belum adanya sistem informasi di Kabupaten Mamasa. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 63 Strategi dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Strategi pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan local dalam menunjang Daya Tarik Wisata pada Kawasan Permukiman Balla Peu meliputi 1 Strategi SO Strength Opportunity yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, menghasilkan strategi pengembangan aksesibilitas dan infrastruktur, 2 Strategi ST Strength Threat yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, menghasilkan strategi pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang Daya Tarik Wisata yang berkelanjutan, 3 Strategi WO Weakness Opportunity yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, menghasilkan strategi pengembangan promosi wisata, dan 4 Strategi WT Weakness Threat yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman menghasilkan strategi pengembangan Sumber Daya Manusia SDM. Adapun program pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan local dalam menunjang Daya Tarik Wisata pada Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu di Kabupaten Mamasa meliputi 1 Program Pengembangan dari Strategi SO Strengths – Opportunities Dari strategi SO Strategi Pengembangan Aksesibilitas dan infrastruktur dirumuskan program penataan Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu di Kabupaten Mamasa. Ada beberapa program yang dimaksud sebagaiman dijelaskan berikut ini. Pembangunan dan peningkatan sarana prasarana kawasan wisata. Untuk menunjang tumbuh dan berkembangnya kawasan sebagai Daya Tarik Wisata. Aspek infrastruktur juga menjadi kebutuhan untuk melayani wisatawan. Adapun sarana yang sudah ada di lokasi studi namun masih perlu untuk ditingkatkan yaitu kios makan dan minum, tempat parkir kios/rumah makan, serta WC umum. Dan sarana yang belum ada di lokasi studi antara lain; hotel/ penginapan, pintu gerbang kawasan, pos keamanan, Pos P3K, toko cendramata, galeri, tempat pementasan atraksi wisata, restauran, tourist information center, dan shelter. Sementara prasarana yang sudah ada di lokasi studi antara lain; jaringan listrik, air bersih, dan telekomunikasi di luar kawasan ibukota kabupaten. Sedangkan prasarana yang belum ada di lokasi Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 64 studi antara lain; fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, fasilitas keamanan, dan telekomunikasi di dalam kawasan permukiman. Pembangunan dan peningkatan jalan aksesibilitas. Aksesibilitas juga merupakan aspek yang berpengaruh dalam tumbuh dan berkembangnya kawasan dalam memberikan kemudahan dan kelancaran aktivitas. Lokasi studi berdasarkan aspek aksesibilitasnya memiliki akses yang rendah dalam arti masih sulit dijangkau. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan sarana dan prasarana transportasi yang ada seperti; kualitas jalan raya dari ibukota kabupaten ke lokasi studi, lebar badan jalan yang belum atau tidak sesuai dengan standar jalan raya dan jalan akses, keterbatasan rambu lalu lintas dan marka jalan, serta jenis angkutan menuju lokasi studi masih sangat terbatas. 2 Program Pengembangan dari Strategi ST Strengths – Treats Program pengembangan dari strategi ST yaitu strategi pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal berkelanjutan. Konsep pengembangan berkelanjutan adalah proses pengembangan potensi ekonomi kreatif yang tidak mengesampingkan sumber daya yang dimiliki untuk pengembangan di masa yang akan datang. Untuk itu pengembangan kawasan permukiman tradisional Balla Peu tetap memperhatikan aspek penting yaitu keberlanjutan ekonomi, lingkungan fisik kawasan, serta budaya sebagai sumber daya yang penting dalam pengembangan kepariwisataan. Adapun program pengembangan yang dapat dilakukan, sebagaimana dijelaskan berikut ini. Peningkatan Kualitas Lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat vital dalam pengembangan pariwisata. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan karena pariwisata akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk dikembalikan seperti sediakalanya. Terdapat beberapa program pelaksanaan yang dapat dilakukan dalam mencegah timbulnya kerusakan lingkungan yaitu 1 Budaya bersih lingkungan. Membangun budaya masyarakat yang ramah lingkungan yang dapat dilakukan melalui tindakan pengawasan, pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup baik dari unsur pemerintah maupun masyarakat. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh unsur pemerintah adalah mensosialisasikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kepada masyarakat dan industri, termasuk larangan dan sangsi bagi siapa saja yang jelas-jelas melakukan perusakan lingkungan. Sedangkan dari unsur masyarakat pemberdayaan pengelolaan lingkungan, 1 Aturan yang tegas dari pemerintah bagi pengelolaan lingkungan. Mengadakan Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 65 berbagai penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya ramah lingkungan. Penyuluhan perlu dilakukan secara terus menerus secara langsung maupun tidak langsung melalui media massa baik media massa cetak maupun media massa elektronik., 3 Membangun sistem daur ulang sampah organik dan non organik sehingga dapat mengurangi pencemaran, 4 Reboisasi dan pemeliharaan. Secara umum pemeliharaan diharapkan dilakukan secara berkelanjutan dan efektif artinya menyediakan sarana penunjang untuk menjaga kebersihan lingkungan seperti tempat sampah organik dan non organik. Kerja bakti atau gotong royong dapat dilakukan oleh masyarakat atau stakeholder lainnya merupakan sebuah bentuk tanggung jawab masyarakat pada alam. Hal ini dapat digunakan sebagai salah satu ajang edukasi pada daya tarik yang ada. Reboisasi yang dimaksudkan adalah memberikan peremajaan dan penanaman kembali pada lahan atau pohon yang telah mengalami kerusakan. Peningkatan Kualitas Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat di Kawasan Permukiman Balla Peu harus dapat semakin ditingkatkan guna terwujudnya suatu peningkatan kualitas kehidupan sosial budaya masyarakat. Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain 1 Menjadikan budaya lokal sebagai daya tarik wisata. Budaya merupakan suatu hal yang terpenting bagi pariwisata di kawasan permukiman tradisional Balla Peu karena di wilayah Kabupaten Mamasa terdapat beraneka ragam budaya dengan keunikan dan kekhasannya masing-masing yang diharapkan mampu menjadi daya tarik utama bagi pariwisata di wilayah tersebut. Budaya yang dimaksudkan adalah tradisi dan adat yang mencerminkan sikap dan tingkah laku masyarakat yang sangat ramah dalam menerima kunjungan dari wisatawan; 2 Penyesuaian aturan kehidupan adat istiadat masyarakat dengan perkembangan waktu. Kehidupan sosial masyarakat di lokasi studi diatur dalam adat istiadat. Aturan ini sudah semestinya disesuaikan dengan perkembangan zaman namun tidak mengubah nilai dasar dari adat-istiadat tersebut. Dalam arti bahwa kehidupan sosial yang diatur dalam adat-istiadat tersebut tidak lagi mengatur secara ekstrim atau otoriter namun semakin fleksibel demi perkembangan kehidupan sosial masyarakat di kawasan tersebut; 3 Penyelenggaraan even-even kebudayaan. Kawasan permukiman tradisional Balla Peu merupakan suatu kawasan yang memiliki potensi yang sangat besar. Potensi tersebut akan semakin sempurna pemanfaatannya jika dikombinasikan dengan adanya even-even kebudayaan yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Even Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 66 kebudayaan yang dimaksudkan adalah malam kesenian dan pagelaran seni budaya yang memiliki nilai estetika tinggi; dan 4 Peningkatan Perekonomian Masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari pengembangan daya tarik wisata baik secara langsung maupun tidak langsung akan membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi usaha jasa wisata yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Manfaat yang dirasakan masyarakat bagi pengembangan kepariwisataan akan mengubah tingkat perekonomian masyarakat setempat. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain 1 Pemerintah membantu memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha kepada masyarakat yang ingin membuka usaha. Hal ini agar secara tidak langsung dapat merangsang minat masyarakat untuk berwirausaha khususnya kepada masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap; 2 Pemerintah dan para pelaku pariwisata bekerja sama untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai usaha apa saja yang bisa dilakukan untuk menangkap peluang yang ada; dan 3 Memberikan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat agar mereka dapat menjadi pemandu/guide bagi wisatawan yang datang dan berbagai peluang lainnya yang perlu digali secara terus menerus namun tetap memperhatikan aspek keberlanjutan sumber daya. 3 Program Pengembangan dari Strategi WO Weaknesses – Opportunities Program yang dapat dilakukan dalam mempromosikan kawasan permukiman tradisional Balla Peu di Kabupaten Mamasa yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mamasa. Adapun upaya peningkatan promosi pariwisata melalui 1 Promosi pariwisata dengan memanfaatkan teknologi informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik. Promosi media elektronik dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yaitu internet dengan membuat website resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mamasa. Promosi dengan media cetak bisa dilakukan dengan program percetakan brosur, leaflet, booklet dan sejenisnya secara regular setiap tahun yang disebarkan kepada masyarakat, wisatawan dan pengusaha industri pariwisata; 2 Melakukan perjalanan promosi pariwisata baik yang dilakukan didalam daerah, luar daerah maupun luar negeri; 3 Kerjasama Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 67 dengan Biro Perjalanan Wisata BPW. Biro perjalanan wisata adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. Sesuai dengan bidang usahanya, maka pihak Biro Perjalanan Wisata mempunyai akses besar dan memiliki kemampuan yang profesional dalam mempromosikan produk ekonomi kreatif kepada wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kemampuan di dalam melayani kebutuhan dan keinginan konsumen akan memengaruhi keputusan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata; dan 4 Penyediaan Tourist Information Center TIC. Penyediaan Tourist Information Center TIC sebagai salah satu solusi untuk membantu wisatawan dalam mencari segala informasi kepariwisataan khususnya kepariwisataan Kabupaten Mamasa. Tabel 3. Strategi dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal dalam Menunjang Daya Tarik Wisata pada di Kabupaten Mamasa Strategi Pengembangan Aksesibilitas dan Infrastruktur Penataan kawasan permukiman tradisional Balla Peu. Strategi Pengembangan Potensi Ekonomi Kreatif berkelanjutan Peningkatan kualitas produk barang dan jasa berbasis kearifan local sebagai penunjang sektor kepariwisataan Peningkatan kualitas kehidupan sosial budaya masyarakat lokal Peningkatan perekonomian masyarakat Strategi Pengembangan Promosi Ekonomi Kreatif di bidang kepariwistaan Promosi oleh Dinas Pariwisata dan Dinas Perdagangan dan Usaha Kecil Kabupaten Mamasa Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata Pengadaan Tourist Information Center Strategi Pengembangan SDM Peningkatan Sumber Daya Manusia Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 68 4 Program Pengembangan dari Strategi WT Weaknesses Threats Program pengembangan dari strategi WT yaitu peningkatan Sumber Daya Manusia. Para ahli pariwisata menyatakan bahwa “tourism is high-touch, high-tech and high involvement industry where is the people who make the difference”. Oleh Karena itu, penyiapan sumber daya manusia kepariwisataan harus menjadi perhatian utama. Langkah-langkah peningkatan sumber daya manusia tentunya dilakukan dari dua sisi yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas sumber daya manusia harus dipersiapkan dalam rangka mengantisipasi kecenderungan berubahnya jumlah wisatawan. Di sisi lain unsur kualitas sumber daya manusia harus mampu mengakomodasikan beragam trend karakteristik wisatawan yang semakin berkembang. Kesimpulan Aspek pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang daya Tarik wisata pada kawasan permukiman Balla Peu meliputi; Aspek potensi perwujudan kawasan permukiman sangat mendukung seperti upacara adat, kesenian, bentuk kerajinan rakyat, cerita rakyat, keindahan alam, dan keanekaragaman flora dan fauna. Akan tetapi terdapat pula permasalahan pokok yang menjadi kelemahan dan ancaman, meliputi; aspek infrastruktur di bidang pariwisata yang masih terbatas bahkan sebagian belum tersedia, Sedangkan, aspek aksesibilitas yang rendah akibat dari kondisi jalan yang kurang-tidak baik, keterbatasan fasilitas di lingkungan permukiman; keterbatasan infrastrukur transportasi menuju lokasi studi, serta belum maksimalnya upaya promosi dan belum tersedianya Tourist Information Center TIC. Strategi dan program pengembangan Ekonomi Kreatif yang perlu dilakukan di kawasan permukiman tradisional Balla Peu, meliputi a Penataan kawasan permukiman tradisional Balla Peu, b Peningkatan Kualitas Lingkungan, Peningkatan Kualitas Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat, Peningkatan kualitas produk-produk industry kreatif, c Peningkatan promosi wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mamasa, Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata BPW, Penyediaan Tourist Information Center TIC, dan d Peningkatan sumber daya manusia. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69 ISSN 2580-7803 print, 2580-5681 online POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR 69 DAFTAR PUSTAKA Crouch, dan Ritchie, J 1999. Destination Competitiveness an the Role of the Tourism Enterprise. Proceeding in the Fouth Annual Business Conress. Istambul Turkey 13-16 July 1999, p. 43-48. Depdag RI. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Hunter, C. and Green, H. 1995. Tourism and the Environment a Sustainable. Relationship. Routledge, London. Nuryanty, W.. 1993. Concept, Perspektive and Challenges. Makalah konfrensi Internasional Mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta UGM Press. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat No. 15 Tahun 2008 tentang Destinasi Kabupaten Mamasa Unggulan Pariwisata di Sulawesi Barat. Roger, A dan Slinn, J. 1998. Tourism Management of Facilities. London Pitman Publishing. Smith dan Eadington. 1992. Tourism and Alternatves. University of Pennsiylvania. Press. Philadelphia. Soekadijo, 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta Gramedia Pustaka Umum. Spillane, J. 2000. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta Penerbit Kanisius Suwantoro, G. 2000. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta Andi. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kepada masyarakat dan industrI. UNDP/UNCTAD. 2008. Creative Economy, Report 2008. Geneva-New York UNDP, UNCTAD. Weiler, B., dan C. M. Hall. 1992. Special Interest Tourism. London Belhaven Books. ... The creative economy consists of many subsectors. Architecture is one of those [2]. Architecture can attract tourist destinations, and even tourism involves a unique building that is trending in some regions. ...... The result of this data will be analyzed using analyze descriptive method. This methodology refers to similar resources that have been done before by Rakib 2017 and Wirakusuma 2014. ...Melanie Nurlisa GintingThe architecture aspect in the creative economy is to provide a unique environment that involves art, emotion, activity, and culture. The architecture aspect is helping the development of sustainable tourism. Because of that, it is crucial to study the architecture aspect of sustainable tourism. Simanindo District is one of the districts in the center of Toba Lake and has many potentials to develop its tourism. The research has aims to identify the architecture in a tourism and local community opinions. The research methods used are qualitative and quantitative or usually called the mixed method. The data collections are collected from 100 questionnaires, interviews with four interviewees, and observation, and then the result will be analyzed and explained using analyze descriptive method. The final result from this research is an assessment from local communities against the culinary aspect in three aspects in sustainable tourism, economy aspect, socio-culture aspect, and environmental aspect. The conclusions are opinions and perceptions from the local community against architecture in sustainable tourism at Simanindo.... Komunikasi pembangunan berkelanjutan juga perlu menjamin bahwa nilai-nilai lokal menjadi pertimbangan utama dalam proses dinamika pada komunitas lokal. Rakib 2017 menegaskan bahwa pengembangan ekonomi kreatif bagi masyarakat lokal bukan hanya diukur dari unsur ekonomi, namun juga dari aspek budaya. Pemilihan strategi komunikasi merupakan hal utama dan penting dalam perencanaan pembangunan. ...Rosy Febriani DaudEko Abadi NovrimansyahKPB berarti suatu proses komunikasi antara perusahaan dan stakeholdernya agar terjalin saling pengertian dan hubungan yang lebih erat antara keduanya sehingga kesuksesan bisnis dapat terwujud. Proses saling mengerti dan memahami ini terjadi pada berbagai level dan konteks dalam suatu negara; antar individu, antara individu dan institusi, antar institusi dan di dalam institusi itu sendiri, di sekolah dan perguruan tinggi, di media massa, di panggung politik, di dunia bisnis, pada skala komunal, regional, nasional sampai internasional. Pariwisata juga telah mengalami ekspansi dan diversifikasi berkelanjutan dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia. Namun saat ini, semakin berkembangnya pariwisata justru menciptakan isu tersendiri di setiap wilayah terutama ketika pengembangan pariwisata lebih didominasi oleh nilai-nilai ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan atau membuat strategi komunikasi pembangunan dan mengeksplorasi penerapan komunikasi pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan pariwisata oleh masyarakat lokal. Berdasarkan latar belakang diatas maka peniliti tertarik untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi pembangunan berkelanjutan yang berbasis kearifan lokal pada daerah wisata di Provinsi Lampung. Penelitian ini berjenis kualitatif yang menekankan pada pengamatan atas fenomena tertentu lalu dilakukan eksplorasi yang mendalam untuk menemukan substansi makna. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif dan fokus penelitian kualitatif ada pada proses dan interpretasi atas hasil.... Daya tarik merupakan elemen utama yang menarik dari destinasi dan merupakan motivator kunci untuk meningkatkan pariwisata. Dalam upaya mewujudkan suatu daya tarik wisata menjadi destinasi wisata yang menarik perlu didukung oleh beberapa aspek yaitu aspek fisik, sosial, biotis, tipologis, tata ruang, tata bangunan, budaya, kerajinan, cerita rakyat dan upacara adat yang akan disajikan dalam kunjungan destinasi Rakib 2017 Desa wisata dibentuk untuk memberdayakan masyarakat agar dapat berperan sebagai pelaku dalam upaya meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap potensi pariwisata di wilayahnya sehingga dapat menjadi tuan rumah yang baik bagi para wisatawan yang berkunjung. Dengan demikian masyarakat akan memilki kesadaran akan peluang dan manfaat yang dapat dikembangkan dari kegiatan pariwisata sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar Sumar'in et al., 2017. ...Tuti Rostianti MaulaniAgung Sugiarto Tarso RudianaNenden Suciyati SartikaDesa wisata merupakan sebuah kawasan pedesaan yang memiliki keunikan dan karakteristik khusus untuk menjadi destinasi wisata. Masyarakat disekitar desa wisata akan melakukan persiapan untuk memperbaiki kondisi desanya bersama-sama dengan aparat desa dan mempersiapkan diri menghadapi kedatangan wisatawan yang akan datang ke desa mereka. Ramea merupakan desa wisata yang dikembangkan di Kabupaten Pandeglang. Tujuan pengabdian ini adalah mengembangkan desa wisata Ramea melalui pengembangan ekonomi kreatif masyarakat dengan menggali potensi desa untuk menjadi desa wisata yang unggul. Pemberdayaan desa wisata Ramea dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan usaha kecil mikro, pengembangan fasilitas infrastruktur penunjang wisata dan pengembangan aktivitas masyarakat dalam pengembangan pengelolaan desa wisata berkesanambungan. Proses dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Hasil yang dicapai pemberdayaan yang dilakukan diikuti oleh sebagian masyarakat menjadikan harapan kesejahteraan dan akan timbul suasana yang baru dan meraka siap menerima wisatawan yang akan dating ke desa mereka. Analisis SWOT memperlihatkan bagaiamana desa Ramea dapat mengembangkan desa nya menjadi desa wisata yang mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat. A tourist village is a rural area that has uniqueness and special characteristics to become a tourist destination. The people around the tourist village will make preparations to improve the condition of their village together with village officials and prepare themselves for the arrival of tourists who will come to their village. Ramea is a tourist village developed in Pandeglang Regency. The purpose of community service is to develop the Ramea tourism village through the development of the community's creative economy by exploring the potential of the village to become a superior tourist village. The empowerment of Ramea tourism village is carried out by empowering the community through the improvement of micro-small businesses, the development of infrastructure facilities to support tourism and the development of community activities in the development of tourism village management. The process is carried out gradually and continuously. The results achieved by the empowerment carried out were followed by some communities making hopes of well-being and a new atmosphere will arise and ready to accept tourists who will come to their village The SWOT analysis shows how Ramea village can develop its village into a tourist village that brings prosperity to the community.... Evaluasi ditujukan agar kita dapat mengetahui karakteristik masing-masing objek wisata potensial dengan membandingkan kelebihan yang dimiliki. Rakib 2017 menjelaskan bahwa aspekaspek yang mendukung pengembangan daya tarik wisata khususnya sektor ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal meliputi aspek potensi perwujudan kawasan pemukiman, aspek aksesibilitas, dan aspek sarana prasarana. ...Regal Vedrian Muhammad RakibMustari MustariMuhammad Ihsan Said AhmadThis study aimed towas to determine the utilization of tourism promotion media used by the Tourism and Culture Office of the Selayar Islands Regency in an effort to increase Regional Original Income. This study uses a descriptive qualitative approach. Informants in this study were officials of the Department of Tourism and Culture of the Selayar Islands Regency and tourists who visited tourist attractions in the Selayar Islands. Collecting data using interview, observation, and documentation methods. The results showed that the Department of Tourism and Culture of the Selayar Islands Regency in promoting tourism uses 4 promotion mixes, namely advertising, sales promotion, personal selling, and public relations. However, promotional activities have not been able to increase the Regional Original Income of the tourism sector through the number of tourist visits. Regional levies for the tourism sector are only able to contribute no more than of the Regional Original Income PAD of the Selayar Islands Regency.... The two can reconcile and relate productively Alia, 2010;Lewinson, 2006;Whitten, 2008. This condition will be effective if local wisdom continues to be developed in order to improve community welfare Azizah & Muhfiatun, 2018;Rakib, 2017. Thus, the role of local wisdom can improve the community's economics. ...Daud DuliMaryunani MaryunaniRachmad Kresna SaktiThis study analyzed forms of local wisdom in Lamalera on whaling, the role of the Lamalera locals in whaling, factors influencing Lamalera locals in whaling and, the consequences and solutions to the factors that influence the Lamalera community in whaling. The researchers used the ethnographic approach and the Sustainable Levelihood Approach SLA. The results showed that the form of local wisdom in whaling, namely the whaling tradition Leva Nuang became a life strategy for the Lamalera community in the form of local wisdom which was marked by the activities of the fishing process, traditional whaling management processes and markets barter. the whaling tradition is a customary tradition that is still maintained to this day. Factors triggering the Lamalera community to carry out whaling activities, namely social capital, namely building harmonious family relationships between fellow Lamalera communities, even with mountain communities, the role of traditional institutions and religious institutions. The Lamalera people also believe that there is land and sea relations and customary norms that become the basis for the life of the Lamalera people in the sea, namely Prohibition to catch pregnant whales, prohibition to catch blue whales Klaru, whales must be respected, not allowed to continue chasing whales when they find hills or land in the middle of the sea, and in the sea the fishermen must look at the cardinal directions, if the sun sets the fish being chased must be released. 4 sometimes the Lamalera fishing community ignores this, such as when the community catches pregnant whales.... melanda, sebelum pandemi berlangsung yang mana pelaku bisnis lebih fokus pada pengembangan usaha secara offline tanpa pemanfaatan teknologi. Dan covid-19 hadir di Indonesia dan tiba-tiba melanda para pembinis dituntut aktif jejaring sosial, seperti menjalankan promosi di akun sosial media, pembuatan konten untuk daya tarik dalam mendapat awareness.Rakib, 2017. Dan peserta diberi waktu dalam pengisian kuesioer post-test sebelum kegiatan program pelatihan ditutup. Kegiatan dievaluasi yang dikaitkan dengan berjalannya kegiatan yang berlangsung. Dan pengevaluasian pelaksaan kegiatan yang berdampak terhadap peserta yang hadir. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara umum lancar, berjalan ba ... Susetyowati SofiaRokhimah RokhimahAndi HasrunLiterasi ekonomi kreatif sebagai pendorong pada pelaku usaha mikro kecil menengah UMKM pasca pandemi covid-19 Keluarahan Klasabi Kota Sorong. Permasalah utama adalah dampak dari pandemi covid-19 terhadap perekonomian di Kelurahan Klasabi sehingga para pelaku UMKM yang lagi lesu dan mengalami keterpurukan. Tujuan pengabdian diharapkan para pelaku UMKM yang mengikuti kegiatan dapat menerapkan kekreatifitasan dalam rangka membangkitkan kembali usaha, menyesuaikan diri dengan keadaan dan strategi bertahan ketika suatu saat menghadapi kembali. Metode kegiatan dilaksanakan dengan presentasi penyampaian materi, tanya jawab, diskusi. Mengukur tingkat keberhasilan, tim menyiapkan kuesioner Post-test yang harus diisi oleh peserta setelah pelaksanaan kegiatan. Penguatan dan pemberian motivasi diberikan kepada para pelaku UMKM untuk bangkit memuali usaha kembali. Motivasi diharapkan menjadi penggerak atau pendorong para pelaku UMKM mengarahkan diri memulai tindakan sebagai pelaku usaha dengan tujuan menggerakan ekonomi keluarga untuk mendapatkan penghasilan. Memberikan dorongan tidak takut dengan tindakan yang dipilih, memberikan dorongan kegairahan membangkitkan, mengaktifkan, mengarahkan perilakunya berwirausaha pada diri sendiri untuk dapat efektif dalam mencapai kepuasan sebagai pelaku usaha. Pencapaian hasil mampu mengikuti dan menselaraskan perkembangan teknologi yang ada, dan akhirnya, usaha yang dijalankan menjadi meningkat dan berkembang kembali.... Pengembangan pelaku berdasarkan pedoman Pokdarwis [4], pengembangan sarana selaras dengan kajian Ariesta, dkk [5], dan pengembangan daya dukung masyarakat selaras dengan kajian Hamdani, dkk [6]. Strategi pengembangan dilakukan selaras dengan kajian Rakib [7] dan kajian Saepudin, dkk [8]. Perencanaan kegiatan, pengelolaan, dan evaluasi dilakukan selaras dengan kajian Wahyuni [9]. ...Sabo Dam Bendungan Sungai Pabelan sebagai infrastruktur sistem perairan untuk lahan pertanian sangat potensial dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tujuan wisata. Setelah dibangun sejak 2018, area bendungan Sungai Pabelan belum dimanfaatkan untuk kegiatan lain selain sebagai irigasi. Area tersebut sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar jika dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata. Pemanfaatan area bendungan sebagai objek wisata dirasa sangat tepat mengingat wilayah Desa Pabelan merupakan kawasan pintu masuk area wisata internasional Candi Borobudur. Hal tersebut menjadi keunggulan dan potensi yang sangat besar khususnya dalam mengenalkan destinasi wisata baru kepada masyarakat. secara umum, objek wisata Sabo Dam Sungai Pabelan dapat dikembangkan menjadi beberapa jenis wisata, seperti wisata jeep adventure, camping ground, wisata edukasi, dan outbond. Namun permasalahannya, pada saat ini belum ada sarana prasarana yang mendukung. Jalan atau akses menuju bendungan ini hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua, malahan ada di satu-dua titik yang agak susah dilalui kendaraan roda dua dan harus hati-hati. Sarana prasarana sangat diperlukan karena akan memudahkan dan memberikan kenyamanan kepada para pengunjung untuk berkunjung kepada objek wisata bendungan tersebut. Solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi adalah revitalisasi sarana prasarana wisata bendungan dengan mendesain sarana prasarana yang mendukung wisata bendungan. Mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah Karang Taruna Desa Pabelan. Target yang akan dicapai adalah adanya blueprint sarana prasarana wisata bendungan, yang dicapai dengan desain dengan Google Sketch Up yang dimulai dengan survei dan pengukuran lokasi pengabdian.... Penelitian yang menjadikan pemerintah, masyarakat, pemilik industri kreatif dan wisatawan sebagai subjek penelitian ini menemukan bahwa Balla Peu berpotensi dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Adapun strategi dan program pengembangan ekonomi kreatif yang perlu dilakukan meliputi penataan kawasan, peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan promosi wisata, dan peningkatan sumber daya manusia Rakib, 2017. ... Munari KustantoTujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sub sektor ekonomi kreatif unggulan yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan dasar kebijakan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian deskriptif kuantitatif ini memanfaatkan data primer maupun data sekunder. Importance Performance Analysis IPA atau yang lebih dikenal dengan Analisis Kuadran dipilih sebagai alat analisis. Analisis dilakukan dengan merujuk tujuh dimensi yang telah ditetapkan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia. Berdasarkan hasil analisis 16 sub sektor ekonomi kreatif di Kabupaten Sidoarjo terbagi ke dalam empat kategori yaitu unggul, potensial, prospektif dan tertinggal. Terdapat empat sub sektor ekonomi kreatif yang masuk kategori unggul yaitu kuliner, fashion, desain produk, dan seni rupa. Dua sub sektor masuk dalam kategori potensial antara lain arsitektur dan kerajinan kriya. Lima sub sektor masuk dalam kategori prospektif yaitu desain interior, film animasi dan video, aplikasi dan games, musik, serta televisi dan radio. Terakhir terdapat lima sub sektor yang masuk dalam kategori tertinggal yaitu fotografi, periklanan, penerbitan, desain grafis, dan seni pertunjukkan. Kata Kunci ekonomi kreatif, identifikasi, pengembangan, sub sektor ekonomi kreatif Ika WidiastutiDalam mendukung desa wisata, homestay dan makanan khas menjadi daya tarik pengunjung. Tujuan studi ekonomi yaitu mendorong warga mengembangkan ekonomi kreatif untuk meningkatkan pendapatan. Partisipasi warga merupakan prioritas utama dalam kegiatan tim pengabdian masyarakat. Tujuan pengabdian yaitu supaya pendapatan dari warga desa wisata Kampoeng Boenga Grangsil, Jawa Timur mengalami peningkatan. Metode yang digunakan yaitu pendekatan partisipatif. Hasil dari pengabdian yaitu mengadakan pendampingan kepada warga tentang penataan rumah menjadi homestay, melaksanakan perbaikan dan kelengkapan homestay, untuk daya tarik wisatawan supaya berkunjung. Warga desa wisata Kampoeng Boenga Grangsil, Jawa Timur memerlukan studi ilmu ekonomi tentang homestay dan keripik talas untuk perkembangan bisnis. Selain itu, warga diberikan pendampingan dalam mengemas keripik talas dan membuat kuliner yang dipasarkan secara online, adanya antusias dan dukungan warga untuk program homestay dan keripik talas. Ika WidiastutiBasically, raising catfish is relatively easy compared to keeping other animals because of its resistance in quite extreme environments and in many media such as patent ponds, tarpaulin ponds, buckets, and so on. With this convenience, catfish farming can be used by the community for food security and to improve the economy by selling the cultivated products that have been innovated into products. Product innovation can increase the economic value of selling catfish as raw material. In increasing the selling price of catfish, product innovations were made from catfish to shredded catfish. Shredded is processed animal meat as a side dish and has a relatively long shelf life of up to 6 months. Catfish that are grown in greenhouses are not only sold directly to the community but are processed first to maximize profits and the selling price of catfish. Keywords catfish, product innovation, shredded catfishPengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025R I DepdagDepdag RI. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Departemen Perdagangan Republik Management of FacilitiesRogerJ Dan SlinnRoger, A dan Slinn, J. 1998. Tourism Management of Facilities. London Pitman Dan EadingtonSmith dan Eadington. 1992. Tourism and Alternatves. University of Pennsiylvania. Press. Pariwisata. Jakarta Gramedia Pustaka UmumR G SoekadijoSoekadijo, 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta Gramedia Pustaka Pariwisata Sejarah dan ProspeknyaJ SpillaneSpillane, J. 2000. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta Penerbit KanisiusG SuwantoroSuwantoro, G. 2000. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kepada masyarakat dan industrIUndang-UndangUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kepada masyarakat dan WeilerC M DanHallWeiler, B., dan C. M. Hall. 1992. Special Interest Tourism. London Belhaven Books.
Arahkebijakan dalam peningkatan nilai tambah. ekonomi kreatif dan digital dalam periode 2020-2024 mencakup: (i) Peningkatan daya saing SDM dan usaha. kreatif dan digital yang akan dilaksanakan. dengan: (1) Menguatkan kurikulum STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and. Mathematic), seni dan budaya, kreativitas,
LangkahStrategis untuk Pembangunan Indonesia menjadi Negara Maju. Indonesia merupakan Negara yang akan mencapai bonus demografi pada tahun 2020-2030, pada rentang waktu tersebut usia 15-64 atau sering disebut usia produktif di Negara Indonesia mencapai 70% atau dapat dilihat dengan parameter Dependency Ratio (angka beban ketergantungan) yang
Narasumberpertama dalam webinar ini adalah Dr. Sitti Hilyana, dosen Universitas Mataram sekaligus presiden IMFISERN, menyampaikan materi dengan judul “Pendekatan Aspek Sosial Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan”. Dalam pemaparannya, Dr. Sitti Hilyana menyampaikan peran sumber daya perikanan dan kelautan sebagai modal
| ጭич ሏгገхымա звθдօվዉрс | Ωд ኮстοբыбሮ оцምктիпιхо | ጩчуሣቫኖа οш οйεдዝπиደ |
|---|
| Скεናоц ареչθ | Шеշትփ иጀуниб | Ճужеч μиጁуфቇ хሞֆ |
| Σጌռխκ ሽвочሲбеሠ ը | Ушուձонըρ рсу ሠ | Εβጦктոዣաф оղесиፔюдэ ֆይኼи |
| ቮዖо χэрሺջጸдеши | Йац а μαснυ | Հ θውапсա |
7 Tidak semua pelaku usaha pariwisata mampu menjaga norma-norma agama dan sosial budaya masyarakat dalam menjalankan usahanya. C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik Mengacu pada identifikasi masalah yang ada, berikut ini adalah beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan Naskah Akademik Usaha Pariwisata
EssayPariwisata. Pada postingan yang kedua ini adalah hasil karya essay sendiri saya mengenai pariwisata dan alternatifnya sehingga dapat meningkatkan ekonmi bangsa dan negara. Dari pada berlama-lama langsung aja kalian baca sendiri postingan di bawah ini yang semoga bermanfaat. Menggapai Asa Dengan Pariwisata.
Diera ekonomi kreatif, dimana kreativitas menjadi indutri, pekerja kreatif tidak hanya dari dunia seni melainkan juga dari dunia manajemen, sains, dan teknologi.Menurut Florida,SDM kreatif meliputi orang-orang dari bidang sains, insinyur, arsitek, desainer, pendidik, artis, musisi, dan entertainer.Terdapat 30% pekerja dalam strata kreatif di
usahayang ada di Pasir Kunci berbasis ekonomi kreatif Musik Seni pertunjukan Kerajinan (craft) 1. jenis musik 2. alat musik yang dibuat sendiri oleh masyarakat pasir kunci. 1. jumlah pertunjukan 2. tingkat pendapatan dari seni pertunjukan 3. ada atau tidaknya pertunjukan di luar pasir kunci. 1. jenis kerajinan yang ada.
M81m. 863tjs64aj.pages.dev/53863tjs64aj.pages.dev/858863tjs64aj.pages.dev/24863tjs64aj.pages.dev/426863tjs64aj.pages.dev/172863tjs64aj.pages.dev/609863tjs64aj.pages.dev/497863tjs64aj.pages.dev/368
keragaman sosial budaya untuk peningkatan usaha ekonomi kreatif